JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) hari ini, Selasa (6/4/2010), Aisyah Nur Kumalasari (17) mengantar Kompas.com ke rumahnya di Pademangan Timur VIII, Jakarta Utara.
Gadis cerdas berparas ayu serta santun itu menuturkan kegembiraannya diterima di Universitas Indonesia (UI) melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).
"Saya merasa lega, sudah diterima di UI, jurusannya juga saya sukai. Tapi saya juga harus memikirkan sekolah saya, masih ada ujian sekolah dan pengumuman UAN yang belum keluar, jadi saya tetap harus belajar," katanya, setiba di rumahnya.
Bagi Aisyah, yang sehari-hari berangkat sekolah dengan berjalan kaki atau diantar ayahnya yang tukang ojek, belajar bukanlah suatu beban. "Memang saya hobi membaca, jadi saya melakukannya atas dasar suka. Saya suka membaca, jadi belajar bukanlah beban," tuturnya.
Meskipun berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, Aisyah tetap percaya diri dan menerima keadaan ayahnya yang hanya berprofesi sebagai tukang ojek. Bagi Aisyah, usaha ayahnya menghidupi keluarga memotivasi dia untuk terus belajar.
"Saya dan bapak saling memberi motivasi dari keseharian masing-masing. Saya juga punya dukungan moral untuk terus berusaha. Bapak dan ibu memberi contoh dengan kerja keras," ujar siswi SMA Negeri 40 Pademangan ini.
Menjadi dosen
Aisyah Nur Kumalasari adalah siswi SMA Negeri 40 Pademangan pertama yang masuk UI melalui jalur PMDK. Untuk memperjuangkan pendidikan yang lebih tinggi untuk Aisyah, pihak sekolah mengusahakan agar Aisyah mendapat keringanan biaya masuk UI dan biaya SPP tiap semester. Hasilnya, pihak sekolah pun membayarkan biaya masuk UI sebesar Rp 800 ribu melalui dana sumbangan guru dan alumni.
Untuk itulah, meskipun sebelumnya sempat mengurungkan niat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, kisah Aisyah, dirinya tetap berpikir positif untuk mendaftar program PMDK UI atas dorongan pihak sekolah. Dan tak lupa, kata Aisyah, dia pun menyampaikan terima kasih kepada kedua orangtuanya.
"Bapak, Mama, meskipun saya nanti akan melanjutkan pendidikan dan menjadi orang sukses, Insya Allah saya nggak akan melupakan bapak dan Mama," katanya.
Pun, kata Aisyah, keberhasilannya mendapat tiket masuk Fakultas Ilmu Kesehatan UI tanpa tes itu bukan berarti membuatnya merasa di atas angin. "Karena ini baru awal, masih panjang perjalanan saya. Saya akan selalu belajar," imbuhnya.
Tiket masuk UI memang tidak akan disia-siakan Aisyah. Kunci masuk gerbang perguruan tinggi ini akan digunakan untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang guru atau dosen.
"Seperti halnya guru BK (Bimbinga Konseling) saya yang sangat berperan memotivasi saya, memberi informasi beasiswa dan kuliah," tuturnya.
Saya melakukannya atas dasar suka. Saya suka membaca, jadi belajar bukanlah beban.
-- Aisyah Nur Kumalasari
"Saya merasa lega, sudah diterima di UI, jurusannya juga saya sukai. Tapi saya juga harus memikirkan sekolah saya, masih ada ujian sekolah dan pengumuman UAN yang belum keluar, jadi saya tetap harus belajar," katanya, setiba di rumahnya.
Bagi Aisyah, yang sehari-hari berangkat sekolah dengan berjalan kaki atau diantar ayahnya yang tukang ojek, belajar bukanlah suatu beban. "Memang saya hobi membaca, jadi saya melakukannya atas dasar suka. Saya suka membaca, jadi belajar bukanlah beban," tuturnya.
Meskipun berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, Aisyah tetap percaya diri dan menerima keadaan ayahnya yang hanya berprofesi sebagai tukang ojek. Bagi Aisyah, usaha ayahnya menghidupi keluarga memotivasi dia untuk terus belajar.
"Saya dan bapak saling memberi motivasi dari keseharian masing-masing. Saya juga punya dukungan moral untuk terus berusaha. Bapak dan ibu memberi contoh dengan kerja keras," ujar siswi SMA Negeri 40 Pademangan ini.
Menjadi dosen
Aisyah Nur Kumalasari adalah siswi SMA Negeri 40 Pademangan pertama yang masuk UI melalui jalur PMDK. Untuk memperjuangkan pendidikan yang lebih tinggi untuk Aisyah, pihak sekolah mengusahakan agar Aisyah mendapat keringanan biaya masuk UI dan biaya SPP tiap semester. Hasilnya, pihak sekolah pun membayarkan biaya masuk UI sebesar Rp 800 ribu melalui dana sumbangan guru dan alumni.
Untuk itulah, meskipun sebelumnya sempat mengurungkan niat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, kisah Aisyah, dirinya tetap berpikir positif untuk mendaftar program PMDK UI atas dorongan pihak sekolah. Dan tak lupa, kata Aisyah, dia pun menyampaikan terima kasih kepada kedua orangtuanya.
"Bapak, Mama, meskipun saya nanti akan melanjutkan pendidikan dan menjadi orang sukses, Insya Allah saya nggak akan melupakan bapak dan Mama," katanya.
Pun, kata Aisyah, keberhasilannya mendapat tiket masuk Fakultas Ilmu Kesehatan UI tanpa tes itu bukan berarti membuatnya merasa di atas angin. "Karena ini baru awal, masih panjang perjalanan saya. Saya akan selalu belajar," imbuhnya.
Tiket masuk UI memang tidak akan disia-siakan Aisyah. Kunci masuk gerbang perguruan tinggi ini akan digunakan untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang guru atau dosen.
"Seperti halnya guru BK (Bimbinga Konseling) saya yang sangat berperan memotivasi saya, memberi informasi beasiswa dan kuliah," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar